Label

Jumat, 02 September 2011

Sahabat Kecil (Ost. Laskar Pelangi) - Ipank


Baru saja berakhir
Hujan di sore ini
Menyisakan keajaiban
Kilauan indahnya pelangi

Tak pernah terlewatkan
Dan tetap mengaguminya
Kesempatan seperti ini
Tak akan bisa di beli

Reff:
Bersamamu ku habiskan waktu
Senang bisa mengenal dirimu
Rasanya semua begitu sempurna
Sayang untuk mengakhirinya

Melawan keterbatasan
Walau sedikit kemungkinan
Tak akan menyerah untuk hadapi
Hingga sedih tak mau datang lagi

Back to Reff:

Janganlah berganti
Janganlah berganti
Janganlah berganti
Tetaplah seperti ini
Janganlah berganti
Janganlah berganti
Tetaplah seperti ini
***

Salah satu Ost. Laskar Pelangi ini selalu bikin saya sedih. Walaupun lagunya terbilang simpel, tapi liriknya "dalem" banget. Apalagi lagu yang keren ini jadi OST film fenomenal yang sarat makna, Laskar Pelangi, jadi para pendengar bisa langsung memvisualisasikan lagu ini dalam film Laskar Pelangi. Anak-anak pedalaman Pulau Belitong yang punya berjuta mimpi walau dengan beribu keterbatasan dan masa kanak-kanak yang begitu "mengalir" terasa begitu sempurna dengan kehadiran sahabat-sahabat kita.
Begitu juga saya, bukan hanya dalam cerita film Laskar Pelangi, tapi saya juga mengalami cerita seperti itu. Sahabat-sahabat terbaik, perjuangan bersama, tawa-tangis, haru-bahagia, semangat-letih, semua jadi bumbu persahabatan saya, terutama tiga tahun ke belakang, masa-masa SMA. DKM AF 2011, 32011, OSIS LVII, #sipitung, kalimantan7, telah menggores ceritanya masing-masing. Sekarang mungkin tinggal mengenang,  mengenang tiga tahun yang luar biasa. Dan berterima kasih, berterima kasih kepada Yang Maha Memiliki Kasih.

Janganlah berganti... Janganlah berganti... Janganlah berganti...
Tetaplah seperti ini.. 
...
Sahabat..

"Ini bukan ghibah, tapi fakta!!"


Berawal dari percakapan saya sama temen saya (percakapan kaya gini ga cuma terjadi satu kali, kalau terjadi pas bulan Ramadhan biasanya ceritanya lebih dramatis dari hari-hari biasa)
Teman  : “Si itu tuh dsackjbvjbskvbhcchzbd…… (5 menit…. 15 menit… setengah jam…)

                    Astagfirullah ngomongin orang!!! (dengan ekspresi bersalah)
Saya       : “Padahal udah ngomongin panjang lebar tuh (dalam hati).”  (senyum-senyum ga

                    jelas)
T              : “Wah gimana dong?” (mikir) “Eh, tapi kan ini bukan ngomongin, ini mah kenyataan.
             
                    Ga apa-apa kan kalau ngomongin kenyataan.”
S             :  (senyum-senyum tambah ga jelas. Speachless. Mikir harus ngomong apa. Akhirnya
                  memutuskan untuk …. DIAM)
(Saya tau ada yang salah dengan statement “Ga apa-apa kan kalau ngomongin kenyataan”, tapi saya masih bingung alasan terbaik untuk matahin statement itu. Daripada salah penyampaian, mendingan cari tau dulu.)         <---- ini nih arti pentingnya ilmu
***
Akhirnya beberapa minggu--entah bulan-- kemudian, tanpa sengaja, saya dapet jawabannya waktu denger tausiyah sebelum salat tarawih.
Ustadz  : “…. terutama  menjaga lisan. Contohnya, biasanya ibu-ibu sambil nunggu magrib

                  suka kumpul sama tetangga-tetangga, ngomongin ini-itu. Yang pendiem juga
             
                  biasanya suka ikut-ikutan. Itu namanya ghibah, jamaah tarawih sekalian. Walaupun

                  menurut kita, apa yang kita bicarakan itu sebuah kenyataan, tapi yang seperti itu

                  tetap saja termasuk ghibah.” (JLEB!! )
“Ghibah itu membicarakan seseorang  di belakang tentang hal-hal yang dia (orang

  yang dibicarakan; red) tidak suka kalau hal tersebut diketahui orang lain.

  Walaupun kita bilang “Ini kenyataan, fakta, bukan ngomongin orang.” ,

  tetap saja termasuk ghibah. Kalau ngomongin yang bukan fakta sih

  beda perkara. Itu namanya bukan ghibah, tapi fitnah.”
S              : “Astagfirullah.. Bener banget lah. Siapa coba yang suka kalau aibnya diumbar-

                    umbar? Sekali pun itu fakta, tetep aja ga ada yang suka diomongin di belakang.

                   (dalam hati. Merenung)”

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang. Jangan pula menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat ayat 12)
 
Menggunjing = memakan bangkai saudara sendiri

so? STOP GHIBAH-ING!!
(further information about ghibah --->  http://hadits.info/2011/07/22/ghibah-seni-memakan-bangkai )