Label

Rabu, 25 April 2012

Kesempatan dari Allah untuk Belajar lebih Banyak :)


Bismillahirrahmanirrahim..
Puji dan syukur hanya teruntuk Allah swt yang segala apa yang ada di langit dan di bumi merangkai ucapan tasbih atas keagungan-Nya.
Ternyata ada kepingan yang tertinggal atas kisah hidup saya yang sebelumnya pernah saya ceritakan, kisah tentang amanah sebagai sarana upgrading. Tulisan ini semacam episode ke-2 dari kisah yang saya anggap sudah berakhir. Satu hikmah besar Allah berikan secara gamblang di sini. Allah sebagai pengambil keputusan tertinggi dalam segala perkara yang terlihat maupun hal ghaib di seluruh alam semesta. Ya, kisah ini salah satu buktinya.
                                                                                                                                                                                           .
“Dan pada sisi Allah-lah kunci2 semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya pula, dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfudz).” (QS. Al-An’am: 59)
                                                                                                                                                                                           .
Melanjutkan kisah sebelumnya, setelah melewati berbagai fase fluktuatif perasaan; mulai dari semangat, galau, putus asa, bingung, dan  juga naik-turunnya perjuangan seperti; begadang, skip masalah akademik, sampai presentasi LI tentang Spiramycin seadanya, akhirnya sampai lah saya pada hari kebebasan layaknya negara terjajah yang baru merasakan makna merdeka. Hari ketika berjuta ton beban ini akan saya hempaskan untuk kembali merasakan kebebasan yang beberapa hari ini terenggut oleh berbagai hal yang berkecamuk di pikiran saya. Hari yang saya nantikan itu adalah hari pengumpulan karya tulis Olymphiart!!
Ternyata hari kebebasan yang saya nanti-nantikan pun bukan tanpa masalah dan perjuangan. Bisa dibilang itu puncak perjuangannya. H- 1 jam deadline pengumpulan, kami masih sibuk editing makalah, membuat daftar isi, bahkan terjadi insiden lupa mengkopi ringkasan ke flashdisk, padahal kami sudah berada di warnet untuk print dan jilid makalah. Alhasil teman saya yang mendapat tugas membuat ringkasan berjuang keras membuat ulang hanya dalam hitungan kurang dari sepuluh menit (prok..prok.. J). Dan alhamdulillahnya, kami berhasil tiba di A6 sebelum jam 13.00, artinya kami tidak jadi kehilangan 25% dari nilai makalah. Jangan sampai nilai makalah pas-pasan dan harus kena diskon 25%, pesimis saya.
Target saya saat itu sekadar ‘yang penting ada perwakilan dari Statera’, itu pun karena setiap angkatan harus mengumpulkan minimal satu karya tulis. Setelah penilaian makalah, akan ada sesi presentasi untuk tiga kelompok yang mendapat nilai tertinggi. Saya sih nothing to lose, toh bisa menyelesaikan makalahnya pun sudah sangat bersyukur, apalagi saingannya akang/teteh yang sudah banyak makan asam garam dalam dunia research seperti ini. Niat saya dan teman satu tim yang lain semata-mata untuk belajar dan menambah pengalaman saja, walaupun saya punya niat tambahan untuk menunaikan amanah dari sang ketua kontingen.
Sejak hari itu sampai beberapa hari ke depannya saya sudah hampir sempurna melupakan masalah lomba karya tulis, padahal pengumuman tiga besar baru akan diumumkan seminggu setelah pengumpulan makalah. Sedang PJ angkatan lain sibuk mencari tahu hasil penilaian makalah yang (katanya) sedikit terlambat dari waktu kesepakatan, saya malah sudah sempurna melupakannya. Dan sampai lah pada hari Minggu pagi saat saya sedang mengukuti diklat Vol-D:
Teman1: “Ciee yang mau presentasi karya tulis….”
Saya      : “Presentasi apaan? Yang presentasi cuma tiga besar doang kok :D “
Teman2: “Emang kamu engga bakal masuk tiga besar gitu, Tik?”
Saya      : “Yaampunn yol.. Itu karya tulisnya cacat banget.. (jujur. Baca: pesimis)”
Hening…
Dan setelah percakapan itu, hanya dalam waktu sekitar dua menit, saya mendapat berita yang entah harus saya tanggapi dengan perasaan seperti apa. Sms dari OC lomba karya tulis yang intinya memberi tahu bahwa tim karya tulis 2011 masuk tiga besar dan harus mempersiapkan bahan presentasi dua hari lagi. Otomatis saya bingung, tapi entah kenapa jadi ingin tertawa sendiri. Saat itu saya langsung sadar ternyata Allah memberi kesempatan untuk belajar lebih banyak lagi. Alhamdulillah.. Walaupun dengan berjuta pertanyaan “bagaimana nasib presentasi nanti?”, saya sangat bersyukur diberi kesempatan ini. Lagi-lagi Allah memberi lahan untuk meningkatkan kapasitas diri.
Awalnya saya berpikir, “loh kok bisa ya?”, tapi kejadian ini semacam tamparan yang menyadarkan tentang “Kun fayakuun”, jika Allah berkehendak, maka jadilah ia. Ya, lagi-lagi saya katakan, skenario besar Allah itu selalu luar biasa, tidak pernah terpikir akhirnya akan seperti ini. Kita memang hanya diperintahkan untuk ikhtiar dan berdo’a maksimal, hasilnya jadi keputusan Allah semata dan semua keputusan-Nya penuh dengan hikmah yang bisa kita dapat.
                                                                                                                                                                                          .                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                       
Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal. (QS. 2:269)

Sabtu, 21 April 2012

Hak impian-impian kita


Mimpi adalah kunci, Untuk kita menaklukan dunia…. (Laskar Pelangi – Nidji)
                                                                                                                                                                                           .  
Bismillahirrahmanirrahim…
Mungkin bukan lagi menjadi hal yang asing di telinga mengenai “mimpi sebagai modal awal menuju pencapaian besar”. Hal terkait mimpi ini telah banyak dibahas dalam buku-buku, novel, hingga lirik lagu yang sempat menduduki rating atas. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan mimpi menjadi anugerah besar bagi manusia yang sifat dasarnya selalu mengalami fluktuatif dalam hal semangat, emosi, bahkan keimanan1. Mimpi layaknya gaya gravitasi yang menciptakan akselerasi pergerakan walaupun ada banyak sekali hambatan yang tidak bisa dengan mudah kita abaikan seperti kehadiran gaya gesek udara terhadap sebuah benda dalam soal-soal fisika. Itulah yang membuat mimpi jadi istimewa! Mimpi juga tak berbeda dengan gaya yang diberikan untuk melawan gaya gesek statis agar manusia mau mulai bergerak dan meninggalkan semua teori kelembamannya. Itulah istimewanya mimpi! Bahkan mimpi kadang menjadi alasan terakhir untuk tetap berdiri tegap, melangkah, dan menatap jauh ke depan.
Ingin sedikit berbagi mengenai mimpi dalam pandangan saya. Sebenarnya saya tidak suka menggunakan kata “mimpi” untuk menyebut sebuah hal hebat yang telah saya deskripsikan sebelumnya. Saya lebih suka menyebutnya “impian”. Memang hanya masalah diksi saja, hal yang sederhana. Tapi kedua kata itu memberi rasa yang berbeda untuk saya. Dalam persepsi saya, mimpi hanyalah sebuah angan-angan yang menghiasi pemikiran dan membuai si empunya hingga suatu ketika saat ia mengira tinggal sedikit lagi mencapai klimaks bahagia, ternyata ia harus menerima kenyataan bahwa bahagia itu semu, hanya sebuah bunga tidur yang tak akan pernah terwujud. Berbeda dengan impian. Impian tidak hanya menciptakan sayap-sayap yang menerbangkan pikiran kita mencari kebahagiaan semu di alam imajinasi, tapi lebih dari itu impian bagaikan bibit-bibit yang menumbuhkan keteguhan hati yang terus mengakar, mengokohkan tekad, dan berbuah pergerakkan jiwa serta raga untuk mempersembahkan usaha terbaik dapat perjalanan pencapaiannya.
“Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu.” (Arai – Sang Pemimpi)
Ya! Bermimpilah.. Jangan takut menggantungkan impian di atas kapasitas diri yang kita sadari. Jangan pernah berpikir ketercapaian impian itu menjadi hal mustahil. Buat sebanyak-banyaknya impian dan tuliskan! Tak cukup hanya disimpan dalam pikiran atau diikrarkan dalam hati, tapi tuliskan di buku-buku, di meja belajar, dan di mana saja agar kita tidak lagi menemukan alasan untuk sebentar saja terpuruk dalam keputusasaan atau terbuai dalam ketidakbermanfaatan.
Dan impian pun bukan hal yang bisa dibuat sesuka hati. Saya pernah mendapat materi saat mengikuti Latihan Kepemimpinan Siswa (LKS) di SMA mengenai cara goal setting yang teorinya bisa juga diaplikasikan untuk merumuskan impian. Jembatan keledainya adalah SMART (Specific, Measureable, Achievable, Relevant, Timed-limited). Keseluruhan syarat-syarat pengonsepan impian ini semata-mata untuk memudahkan membuat langkah stategis dan parameter ketercapaian.
Setelah memiliki impian, tugas kita adalah mengusahakan ikhtiar terbaik, tetapi bukan berarti sampai menggadaikan harga diri dengan melakukan hal yang kotor di sepanjang perjalannya. Dan akhir dari semua perjuangan dan pengorbanan adalah sikap tawakkal. Menyerahkan semua hasil kepada Yang Maha Sempurna.
“Jangan jadikan mimpi hanya jadi harapan karena sejatinya mimpi adalah perjuangan yang harus diwujudkan.” (Juara 4 Mawapres Nasional, Kang Ansori)
                Ya, impian adalah sumber energi besar untuk melangkah. Impian menghapuskan setumpuk keraguan untuk berjuang. Impian menguatkan bahu untuk menopang beban, mengokohkan diri untuk mulai berlari. Pada impian, ada haknya untuk kita perjuangkan, haknya bukanlah untuk kita pastikan terwujud karena hanya Dzat Yang Maha Berkuasa lah yang dapat menentukan jalannya. Jalan terbaik tentang nasib impian kita.

“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(QS. Al Baqarah : 216)

                                                                                                                                                                                          .
1 ”Iman itu kadang naik kadang turun, maka perbaharuilah iman kalian dengan la ilaha illallah.” (HR Ibn Hibban)

Rabu, 11 April 2012

Amanah=Sarana Upgrading


Bismillahirrahmanirrahim..
Puji dan syukur tak henti-hentinya dipanjatkan hanya untuk Allah swt, Sang Khalik yang Maha Sempurna. Yang hanya dengan izinnya saat ini saya masih bisa menikmati segala ciptaan-Nya yang telah diatur dengan sempurna. Yang hanya kepada-Nya tujuan segala apa yang saya usahakan saat ini dan saat-saat yang akan datang. Aamiin..
Bicara tentang amanah pasti langsung teringat dengan hadist yang menjelaskan ciri-ciri orang munafik. Ya, ciri ketiga dari orang munafik adalah apabila diberi amanah, ia khianat. Tapi bagaimana kondisinya jika amanah yang dipercayakan tidak sesuai dengan kapasitas diri?
Mungkin kalau boleh sedikit curhat, kondisi saya saat ini kurang lebih seperti itu, diberi amanah di bidang yang tidak saya kuasai sama sekali. Mungkin bagi sebagian orang atau bahkan mayoritas orang hal yang sedang saya alami bukan hal besar yang harus dibuat susah. Menjadi PJ memang bukan berarti harus menguasai bidang tersebut, dengan modal ‘tau’ pun harusnya semua akan baik-baik saja. Tapi beda cerita dengan kondisi saya saat ini. Saya sebagai golongan awan dibidang yang dimanahkan dan mendapat tugas ekstra untuk membimbing yang lain yang mayoritas sama-sama masih ditingkat awam. Bagaimana mau mengisi gelas jika teko pun tak ada isinya?
Jadi begini ceritanya, di FK Unpad itu selalu ada event bergengsi tahunan sebagai kompetisi antar angkatan, Olymphiart. Event ini benar-benar sebagai pertaruhan nama angkatan bahkan (mungkin) harga diri angkatan. Semua angkatan berjuang secara totalitas mulai dari waktu, tenaga, materi, bahkan tidak sedikit yang terpaksa menomorduakan kewajiban akademik demi Olymphiart semata. Atmosfer kompetisinya tidak mampu dijelaskan melalui tulisan, pokoknya dalam tiga minggu ini Olymphiart akan ramai jadi perbincangan di Bale, ruang tutor, kantin, dan seluruh penjuru FK.
Ada dua puluh lima cabang perlombaan dalam Olymphiart, mulai dari bidang seni, olahraga, science, sampai game DOTA. Seni? Sebenarnya dulu saya punya passion di bidang seni tari, tapi untuk sekarang sepertinya tidak memungkinkan lagi. Coret! Olah raga? Apa? Atletik? Masih banyak yang lebih strong. Coret! DOTA? Plis main aja belum pernah. Fixed CORET! Science? LCC? Boleh lah liat nanti. Dan ternyata ada karya tulis. Sebenarnya saya ada hubungan buruk dengan sesuatu yang berkaitan dengan jurnalistik dan tulisan. Bukan karena pengalaman buruk, tapi minat saya di bidang tersebut limit mendekati nol. Merasa tidak berbakat sebenarnya. Tapi ternyata kadang ada benarnya juga kata orang, “Batas antara benci dan suka itu tipis sekali.” Kebencian saya terhadap dunia jurnalistik pun berakhir sama dengan kebencian sama terhadap FK. Happy ending karena akhirnya sama memutuskan untuk berdamai dan menjalin hubungan baik dengan mereka. Akhirnya saya memutuskan untuk ikut lomba karya ilmiah. PERDANA!! Niatnya semata-mata hanya untuk belajar menulis dan menambah pengalaman di bidang jurnalistik. Jangankan menjanjikan medali untuk Statera (nama angkatan FK Unpad 2011), bisa selesai mengerjakan pun sudah merupakan prestasi luar biasa untuk diri saya sendiri.
Inti ceritanya dimulai ketika sang ketua kontingen tiba-tiba, secara sepihak, tanpa kompromi, menunjuk saya sebagai PJ lomba karya tulis. Heem.. Awalnya walaupun ada hasrat untuk protes, saya masih terima-terima saja. Karya tulis yang ada di bayangan saya saat itu tidak se-complicated kenyataannya. Sampai saya sadar ternyata pengetahuan saya tentang bidang ini NOL BESAR dan mulai bingung harus mengambil tindakan apa. Kondisinya saya tidak tahu apa-apa dan teman-teman yang sudah pernah mengikuti pelatihan karya tulis tidak mau ikut lomba.
Sebenarnya ada rasa tidak enak hati, terutama untuk angkatan saya. Tidak etis jika yang lain berjuang mati-mati sedangkan saya terpuruk dalam kegalauan sampai tidak mengambil langkah apa pun. Ini masalah amanah, Bung! Bukan karena alasan malu, tapi gimana umat muslim bisa saling percaya kalau amanah seperti ini saja tidak dijalankan dengan baik? Satu kalimat dari teman saya yang membangkitkan kembali harapan-harapan yang sempat hilang entah ke mana,
“Amanah tidak akan pernah salah memilih, Tik”
Walaupun berkali-kali terlintas dipikiran saya, “Ini ketua kontingen salah pilih PJ” tapi dibalik semua hal yang terlihat, ada skenario Allah yang seringkali hanya tersirat. Dan sudah barang tentu Allah Dzat Yang segala Kesempurnaan ada pada-Nya tidak akan pernah salah menjalankan skenario Maha Karya-Nya.
Husnudzannya, amanah ini jadi sarana upgrading diri saya. Upgrading hebat! Memang akselerasi yang saya rasakan lebih-dari-cukup signifikan. Learning by doing. Walaupun memang pengorbanannya pun tidak sama dengan proses belajar yang disuapi. Semoga amanah ini jadi sarana belajar, bukan hanya dibayar dengan ilmu, tapi juga mengajari saya untuk selalu ikhlas dan membumihanguskan kata putus asa di kamus hidup saya. Aamiiiin…

Thanks alot to Nabilla Syafriani for your inspiring words that realize me about something I missed *big hug*  :)

Senin, 09 April 2012

Keluarga Baru (Volunteer Doctors) di Desa Manoko :)


Lembang, 7-8 April 2012
Bismillahirrahmanirrahim..
Satu lagi, kepingan kisah yang saya temukan di perjalanan hidup saya. Kisah yang memberi warna dan rasa baru. Kisah ini saya dapat dari keluarga baru saya, Volunteer Doctors ^^, Awalnya saya bukan seorang yang dekat dengan hal-hal yang berhubungan dengan kerelawanan, tapi ketertarikan untuk turun ke masyarakat itu muncul tanpa diminta, dan Volunteer Doctors menjadi sarana yang memberi banyak kesempatan untuk merasakan manisnya berbagi.
Ini kali kedua saya mengikuti kegiatan Vold. Setelah balai pengobatan di rumah belajar Ciroyom, kesempatan kali ini yaitu kegiatan sosial di Desa Manoko yang lahir dari gagasan dan kerja sama mahasiswa ITB, UPI, Unpad, dan MITI (Masyarakat Ilmuwan Teknologi Indonesia). Ternyata masih cukup banyak pemuda yang memiliki ketergerakan hati untuk melakukan hal konkret sebagai bukti kepedulian terhadap sesama. Alhamdulillaaah J
Kegiatan ini dilaksanakan saat long weekend tanggal 7-8 April 2012. Sebenarnya probabilitas tingkat kemageran seseorang cenderung meningkat dalam masa-masa seperti ini, terutama untuk orang-orang yang terkungkung dalam rutinitas seputar jadwal akademik di kampus dan tinggal di daerah yang minim hiburan. Tapi ternyata antusiasme ikut serta dalam kegiatan ini berhasil menaklukan kemageran yang semakin mengkronis di hari-hari terakhir long weekend. Dengan berbekal niat dan sebuah tas punggung padat-berisi, saya berkumpul di Mesjid Salman ITB pada Sabtu sore untuk berangkat bersama-sama ke Desa Manoko. Ternyata saya ditempatkan di bagian farmasi (obat) pada balai pengobatan esok hari. Ini juga merupakan kali kedua saya ada di bagian obat setelah kesempatan pertama saat kegiatan Jatinangor Peduli memperingati Hari Gizi Nasional. Mengingat pengalaman saat HGN, saya antusias untuk ada di bagian obat lagi. Berusaha keras membaca resep yang tulisannya kadang sulit dipahami dan bergelut dengan berpuluh-puluh jenis obat untuk mecari satu jenis obat yang bahkan belum pernah saya lihat sebelumnya adalah pengalaman sangat menarik di pengalaman BP pertama saya.
Setelah menunggu beberapa lama sampai semua berkumpul, kami pergi ke tempat tujuan dengan angkot carteran. Perjalanan sampai Jalan Raya Lembang bisa dibilang masih aman, lain cerita dengan perjalanan menuju Desa Manoko yang penuh guncangan di dalam angkot. Sesampainya di sana, kami disambut dengan hangat oleh para pantia MITI. Karena malam itu Vold belum ada agenda apa pun, kami menghabiskan malam dengan mempersiapkan kebutuhan untuk balai pengobatan esok hari dan menonton Kang Amey manggung untuk menghibur warga Desa Manoko :D
Sedikit deskripsi tentang Desa Manoko, di desa ini banyak sekali warga yang beternak sapi. Bukan sapi potong, tapi sapi perah berwarna hitam-putih. Banyak juga warga yang berkebun, mulai dari sayuran sampai bunga-bungaan. Tapi sayang sekali, untuk kandang sapi di desa ini banyak sekali yang posisinya sangat dekat dengan tempat tinggal warga. Akibatnya banyak lalat yang hilir-mudik masuk dan keluar rumah dan aroma dari kotoran sapi pun bisa sangat dirasakan dari dalam rumah. Selain itu, karena berada di daerah yang cukup tinggi, udara di Desa Manoko lebih sejuk dibandingkan dengan Bandung, apalagi air di sini seperti air kulkas. Kondisi ini pun mendukung niat kami untuk tidak mandi pada pagi harinya :D
Malam itu, kami tidur di rumah warga, makan pun bersama-sama di rumah warga dengan jamuan yang luar biasa. Pokoknya sambutan para warga kepada kami terasa hangat. Malam itu juga, Vold gelombang V mendapat upgrading tentang obat dari Kang Dani. Ternyata pengetahuan saya tentang hal tersebut masih sangat belum mencukupi, FBS 4 pun masih lupa-lupa-ingat. Akhirnya sebelum tidur, kami bertekad untuk belajar obat, lumayan walaupun hanya mereview slide-slide FBS 4. Selain itu juga, Teh Anis berbaik hati untuk mengajari kami tentang obat-obat yang biasanya banyak dibutuhkan warga. Karena malam semakin larut, mata semakin berat, terlebih kita harus berkumpul jam 6 pagi untuk briefing, akhirnya kami menyudahi acara belajar obat pukul 23.30. Dan malam itu, saya tidur dengan posisi kelembamam sempurna, mempertahankan posisi yang sama dari awal tidur hingga bangun :D
Esok paginya kami briefing bersama mahasiswa MITI di mesjid, lalu sarapan bersama, dan bersiap-siap untuk balai pengobatan. Ternyata balai pengobatan dilaksanakan di rumah warga, obat-obatan dan para operator pun di dalam rumah warga. Untuk BP kali ini setidaknya saya tidak se-blank saat BP pertama, obat-obatan yang diresepkan kepada pasien pun menjadi lebih familiar. Di bagian obat, saya juga tidak hanya belajar untuk tahu berbagai nama obat, tapi juga belajar untuk mengetahui indikasi dari obat-obat yang ada. Selain itu juga, kami harus bisa menjelaskan tentang drugs administration sesuai dengan yang diajarkan di skill’s lab semester pertama, terlebih jika mendapat pasien yang pintar dan kritis.
Karena operator dan stand obat berada di ruangan yang sama, sambil menyiapkan obat saya bisa sekalian mendengar operator dan asop yang melakukan anamnesis kepada pasien. Daann… Mayoritas warga berbahasa sunda. Tiba-tiba saya teringat kalau saya belum pernah sekali pun hadir di les bahasa sunda yang difasilitasi oleh manajemen Bale karena yang saya rasakan, saya sudah belajar bahasa sunda dari SD sampai SMA tapi tidak ada progres yang signifikan dalam kemampuan berbicara saya. Kekurangannya adalah praktik, karena tahu teori saja tidak cukup tanpa praktik langsung.
Pada pengalaman BP kali ini juga, saya mendapat mengalaman baru untuk belajar mengecek gula darah. Pengalaman ini benar-benar learning by doing karena sebelumnya saya belum pernah belajar mengecek gula darah dan tiba-tiba diberi kesempatan untuk mencoba melakukan. Learning by doing memang metode belajar yang baik, karena dengan praktik langsung akan lebih terbayang apa yang harus dilakukan dan bisa belajar dari kekurangan-kekurangan yang dilakukan, berbeda dibandingkan dengan hanya berteori.
Balai pengobatan selesai sekitar pukul 13.00 dengan jumlah pasien sekitar 91 orang. Setelah berbenah, kami solat, makan, foto bersama, dan pulang.
Hari ini saya mendapat banyak pengalaman dan ilmu baru, terlebih keluarga baru dari teman-teman dan akang/teteh Vold yang sangat hangat dan mau membimbing kami, Vold gelombang V. Ini bukti kekeluargaan dan ketidak-senioritasan di Vold yang beberapa minggu lalu saya baca dari essay teman-teman Vold gelombang IV, dan ternyata sekarang saya rasakan sendiri.
Mudah-mudahan kebahagiaan saya “turun” ke masyarakat kali ini bukan hanya euforia sementara. Mudah-mudahan semuanya dilakukan dengan hati dan niat yang lurus. Karena tidak akan pernah ada kata bosan untuk hal apa pun yang dilakukan dengan hati.