H+1 kepala
dua. Entah kenapa kepala dua terdengar begitu “menyeramkan”. Bahkan 13 Januari
bukan lagi waktu yang dinanti-nanti seperti beberapa tahun ke belakang. Masih
mau berada di zona usia belasan. Saat kita masih dianggap cukup muda dalam
menapaki perjalanan hidup dan tidak aneh ketika masih bertingkah layaknya
seorang “bocah”.
Terlepas
dari berubahnya status belasan menjadi geng kepala dua, saya mendapat banyak
hal yang menyadarkan saya akan besarnya anugrah Allah selama ini.
Sesungguhnya
manusia mencari kebahagiaan dalam perjalanan hidupnya. Tentunya kebahagiaan
yang tidak semu. Bukan sekadar kebahagiaan akan hal-hal yang bersifat fisik.
Klasik mungkin, tapi benar kalau kebagiaan terbesar adalah saat keberadaan kita
dirasakan manfaatnya oleh orang lain. Kita bukan sekadar ADA, tapi memiliki MAKNA.
Dan yang saya rasakan kemarin, kebahagiaan adalah ketika kita dikelilingi oleh
orang-orang yang menyayangi kita dengan tulus. Mereka yang menjadi tawa kita
saat bahagia dan menjadi air mata saat bersedih. Mereka yang tangannya
menguatkan kita saat akan terjatuh, senyumnya mengikis resah, dan kehadirannya
menjadi salah satu alasan untuk menjadi lebih kuat.
Mungkin ini
berhubungan juga dengan masa-masa ujian yang menyadarkan saya akan banyak hal.
Menyadarkan betapa butiran-debunya saya tanpa pertolongan Allah. Betapa manusia
benar-benar makhluk sosial yang selalu membutuhkan kehadiran orang lain. Dan
betapa butuhnya kita akan doa dari saudara-saudara kita :’) Dan alhamdulillah,
segala puji bagi Allah yang Maha Sempurna, do’a dari keluarga, saudara, dan
teman-teman kemarin sampai hari ini, bahkan sampai kapan pun, memberi
kebahagiaan yang tak terdefinisi. Memiliki orang-orang hebat yang menyayangi
kita adalah anugrah luar biasa dari Allah. Tidak tahu akan jadi apa saya tanpa
mereka terlebih tanpa kasih sayang Allah. Alhamdulillahi rabbil alamiiin… :’)
"Karena hadiah
hanyalah sebuah simbol. Hadiah terbaik adalah do’a yang terlantun dengan tulus.
Yang kau sampaikan langsung kepada Sang Maha Pemilik hadiah terindah :’)"
فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
“Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu
dustakan?”