Berawal dari percakapan saya sama temen saya (percakapan kaya gini ga cuma terjadi satu kali, kalau terjadi pas bulan Ramadhan biasanya ceritanya lebih dramatis dari hari-hari biasa)
Teman : “Si itu tuh dsackjbvjbskvbhcchzbd…… (5 menit…. 15 menit… setengah jam…)
Astagfirullah ngomongin orang!!! (dengan ekspresi bersalah)
Astagfirullah ngomongin orang!!! (dengan ekspresi bersalah)
Saya : “Padahal udah ngomongin panjang lebar tuh (dalam hati).” (senyum-senyum ga
jelas)
jelas)
T : “Wah gimana dong?” (mikir) “Eh, tapi kan ini bukan ngomongin, ini mah kenyataan.
Ga apa-apa kan kalau ngomongin kenyataan.”
Ga apa-apa kan kalau ngomongin kenyataan.”
S : (senyum-senyum tambah ga jelas. Speachless. Mikir harus ngomong apa. Akhirnya
memutuskan untuk …. DIAM)
(Saya tau ada yang salah dengan statement “Ga apa-apa kan kalau ngomongin kenyataan”, tapi saya masih bingung alasan terbaik untuk matahin statement itu. Daripada salah penyampaian, mendingan cari tau dulu.) <---- ini nih arti pentingnya ilmu
***
Akhirnya beberapa minggu--entah bulan-- kemudian, tanpa sengaja, saya dapet jawabannya waktu denger tausiyah sebelum salat tarawih.
Ustadz : “…. terutama menjaga lisan. Contohnya, biasanya ibu-ibu sambil nunggu magrib
suka kumpul sama tetangga-tetangga, ngomongin ini-itu. Yang pendiem juga
biasanya suka ikut-ikutan. Itu namanya ghibah, jamaah tarawih sekalian. Walaupun
menurut kita, apa yang kita bicarakan itu sebuah kenyataan, tapi yang seperti itu
tetap saja termasuk ghibah.” (JLEB!! )
suka kumpul sama tetangga-tetangga, ngomongin ini-itu. Yang pendiem juga
biasanya suka ikut-ikutan. Itu namanya ghibah, jamaah tarawih sekalian. Walaupun
menurut kita, apa yang kita bicarakan itu sebuah kenyataan, tapi yang seperti itu
tetap saja termasuk ghibah.” (JLEB!!
“Ghibah itu membicarakan seseorang di belakang tentang hal-hal yang dia (orang
yang dibicarakan; red) tidak suka kalau hal tersebut diketahui orang lain.
Walaupun kita bilang “Ini kenyataan, fakta, bukan ngomongin orang.” ,
tetap saja termasuk ghibah. Kalau ngomongin yang bukan fakta sih
beda perkara. Itu namanya bukan ghibah, tapi fitnah.”
yang dibicarakan; red) tidak suka kalau hal tersebut diketahui orang lain.
Walaupun kita bilang “Ini kenyataan, fakta, bukan ngomongin orang.” ,
tetap saja termasuk ghibah. Kalau ngomongin yang bukan fakta sih
beda perkara. Itu namanya bukan ghibah, tapi fitnah.”
S : “Astagfirullah.. Bener banget lah. Siapa coba yang suka kalau aibnya diumbar-
umbar? Sekali pun itu fakta, tetep aja ga ada yang suka diomongin di belakang.
(dalam hati. Merenung)”
umbar? Sekali
(dalam hati. Merenung)”
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang. Jangan pula menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat ayat 12)
Menggunjing = memakan bangkai saudara sendiri
so? STOP GHIBAH-ING!!
(further information about ghibah ---> http://hadits.info/2011/07/22/ghibah-seni-memakan-bangkai )
jempol
BalasHapus