Bismillahirrahmanirrahim..
Puji dan
syukur hanya teruntuk Allah swt yang segala apa yang ada di langit dan di bumi
merangkai ucapan tasbih atas keagungan-Nya.
Ternyata ada
kepingan yang tertinggal atas kisah hidup saya yang sebelumnya pernah saya
ceritakan, kisah tentang amanah sebagai sarana upgrading. Tulisan
ini semacam episode ke-2 dari kisah yang saya anggap sudah berakhir. Satu
hikmah besar Allah berikan secara gamblang di sini. Allah sebagai pengambil
keputusan tertinggi dalam segala perkara yang terlihat maupun hal ghaib di
seluruh alam semesta. Ya, kisah ini salah satu buktinya.
.
“Dan pada sisi Allah-lah kunci2 semua yang ghaib; tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan
lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya pula,
dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang
basah atau yang kering melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul
Mahfudz).” (QS. Al-An’am: 59)
.
Melanjutkan kisah
sebelumnya, setelah melewati berbagai fase fluktuatif perasaan; mulai dari
semangat, galau, putus asa, bingung, dan juga naik-turunnya perjuangan seperti;
begadang, skip masalah akademik, sampai presentasi LI tentang Spiramycin
seadanya, akhirnya sampai lah saya pada hari kebebasan layaknya negara terjajah
yang baru merasakan makna merdeka. Hari ketika berjuta ton beban ini akan saya
hempaskan untuk kembali merasakan kebebasan yang beberapa hari ini terenggut
oleh berbagai hal yang berkecamuk di pikiran saya. Hari yang saya nantikan itu
adalah hari pengumpulan karya tulis Olymphiart!!
Ternyata
hari kebebasan yang saya nanti-nantikan pun bukan tanpa masalah dan perjuangan.
Bisa dibilang itu puncak perjuangannya. H- 1 jam deadline pengumpulan, kami masih sibuk editing makalah, membuat daftar isi, bahkan terjadi insiden lupa
mengkopi ringkasan ke flashdisk, padahal kami sudah berada di warnet untuk
print dan jilid makalah. Alhasil teman saya yang mendapat tugas membuat
ringkasan berjuang keras membuat ulang hanya dalam hitungan kurang dari sepuluh
menit (prok..prok.. J). Dan alhamdulillahnya, kami berhasil tiba
di A6 sebelum jam 13.00, artinya kami tidak jadi kehilangan 25% dari nilai
makalah. Jangan sampai nilai makalah pas-pasan dan harus kena diskon 25%,
pesimis saya.
Target saya saat
itu sekadar ‘yang penting ada perwakilan dari Statera’, itu pun karena setiap
angkatan harus mengumpulkan minimal satu karya tulis. Setelah penilaian
makalah, akan ada sesi presentasi untuk tiga kelompok yang mendapat nilai tertinggi.
Saya sih nothing to lose, toh bisa
menyelesaikan makalahnya pun sudah sangat bersyukur, apalagi saingannya
akang/teteh yang sudah banyak makan asam garam dalam dunia research seperti ini. Niat saya dan teman satu tim yang lain semata-mata
untuk belajar dan menambah pengalaman saja, walaupun saya punya niat tambahan
untuk menunaikan amanah dari sang ketua kontingen.
Sejak hari
itu sampai beberapa hari ke depannya saya sudah hampir sempurna melupakan
masalah lomba karya tulis, padahal pengumuman tiga besar baru akan diumumkan
seminggu setelah pengumpulan makalah. Sedang PJ angkatan lain sibuk mencari
tahu hasil penilaian makalah yang (katanya) sedikit terlambat dari waktu
kesepakatan, saya malah sudah sempurna melupakannya. Dan sampai lah pada hari
Minggu pagi saat saya sedang mengukuti diklat Vol-D:
Teman1: “Ciee
yang mau presentasi karya tulis….”
Saya : “Presentasi apaan? Yang presentasi cuma tiga
besar doang kok :D “
Teman2: “Emang
kamu engga bakal masuk tiga besar gitu, Tik?”
Saya : “Yaampunn yol.. Itu karya tulisnya cacat
banget.. (jujur. Baca: pesimis)”
Hening…
Dan setelah
percakapan itu, hanya dalam waktu sekitar dua menit, saya mendapat berita yang
entah harus saya tanggapi dengan perasaan seperti apa. Sms dari OC lomba karya
tulis yang intinya memberi tahu bahwa tim karya tulis 2011 masuk tiga besar dan
harus mempersiapkan bahan presentasi dua hari lagi. Otomatis saya bingung, tapi
entah kenapa jadi ingin tertawa sendiri. Saat itu saya langsung sadar ternyata
Allah memberi kesempatan untuk belajar lebih banyak lagi. Alhamdulillah..
Walaupun dengan berjuta pertanyaan “bagaimana
nasib presentasi nanti?”, saya sangat bersyukur diberi kesempatan ini.
Lagi-lagi Allah memberi lahan untuk meningkatkan kapasitas diri.
Awalnya saya
berpikir, “loh kok bisa ya?”, tapi
kejadian ini semacam tamparan yang menyadarkan tentang “Kun fayakuun”, jika
Allah berkehendak, maka jadilah ia. Ya, lagi-lagi saya katakan, skenario besar
Allah itu selalu luar biasa, tidak pernah terpikir akhirnya akan seperti ini.
Kita memang hanya diperintahkan untuk ikhtiar dan berdo’a maksimal, hasilnya
jadi keputusan Allah semata dan semua keputusan-Nya penuh dengan hikmah yang
bisa kita dapat.
.
Allah memberikan hikmah kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi
kebajikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali
orang-orang yang berakal. (QS. 2:269)