Label

Rabu, 11 April 2012

Amanah=Sarana Upgrading


Bismillahirrahmanirrahim..
Puji dan syukur tak henti-hentinya dipanjatkan hanya untuk Allah swt, Sang Khalik yang Maha Sempurna. Yang hanya dengan izinnya saat ini saya masih bisa menikmati segala ciptaan-Nya yang telah diatur dengan sempurna. Yang hanya kepada-Nya tujuan segala apa yang saya usahakan saat ini dan saat-saat yang akan datang. Aamiin..
Bicara tentang amanah pasti langsung teringat dengan hadist yang menjelaskan ciri-ciri orang munafik. Ya, ciri ketiga dari orang munafik adalah apabila diberi amanah, ia khianat. Tapi bagaimana kondisinya jika amanah yang dipercayakan tidak sesuai dengan kapasitas diri?
Mungkin kalau boleh sedikit curhat, kondisi saya saat ini kurang lebih seperti itu, diberi amanah di bidang yang tidak saya kuasai sama sekali. Mungkin bagi sebagian orang atau bahkan mayoritas orang hal yang sedang saya alami bukan hal besar yang harus dibuat susah. Menjadi PJ memang bukan berarti harus menguasai bidang tersebut, dengan modal ‘tau’ pun harusnya semua akan baik-baik saja. Tapi beda cerita dengan kondisi saya saat ini. Saya sebagai golongan awan dibidang yang dimanahkan dan mendapat tugas ekstra untuk membimbing yang lain yang mayoritas sama-sama masih ditingkat awam. Bagaimana mau mengisi gelas jika teko pun tak ada isinya?
Jadi begini ceritanya, di FK Unpad itu selalu ada event bergengsi tahunan sebagai kompetisi antar angkatan, Olymphiart. Event ini benar-benar sebagai pertaruhan nama angkatan bahkan (mungkin) harga diri angkatan. Semua angkatan berjuang secara totalitas mulai dari waktu, tenaga, materi, bahkan tidak sedikit yang terpaksa menomorduakan kewajiban akademik demi Olymphiart semata. Atmosfer kompetisinya tidak mampu dijelaskan melalui tulisan, pokoknya dalam tiga minggu ini Olymphiart akan ramai jadi perbincangan di Bale, ruang tutor, kantin, dan seluruh penjuru FK.
Ada dua puluh lima cabang perlombaan dalam Olymphiart, mulai dari bidang seni, olahraga, science, sampai game DOTA. Seni? Sebenarnya dulu saya punya passion di bidang seni tari, tapi untuk sekarang sepertinya tidak memungkinkan lagi. Coret! Olah raga? Apa? Atletik? Masih banyak yang lebih strong. Coret! DOTA? Plis main aja belum pernah. Fixed CORET! Science? LCC? Boleh lah liat nanti. Dan ternyata ada karya tulis. Sebenarnya saya ada hubungan buruk dengan sesuatu yang berkaitan dengan jurnalistik dan tulisan. Bukan karena pengalaman buruk, tapi minat saya di bidang tersebut limit mendekati nol. Merasa tidak berbakat sebenarnya. Tapi ternyata kadang ada benarnya juga kata orang, “Batas antara benci dan suka itu tipis sekali.” Kebencian saya terhadap dunia jurnalistik pun berakhir sama dengan kebencian sama terhadap FK. Happy ending karena akhirnya sama memutuskan untuk berdamai dan menjalin hubungan baik dengan mereka. Akhirnya saya memutuskan untuk ikut lomba karya ilmiah. PERDANA!! Niatnya semata-mata hanya untuk belajar menulis dan menambah pengalaman di bidang jurnalistik. Jangankan menjanjikan medali untuk Statera (nama angkatan FK Unpad 2011), bisa selesai mengerjakan pun sudah merupakan prestasi luar biasa untuk diri saya sendiri.
Inti ceritanya dimulai ketika sang ketua kontingen tiba-tiba, secara sepihak, tanpa kompromi, menunjuk saya sebagai PJ lomba karya tulis. Heem.. Awalnya walaupun ada hasrat untuk protes, saya masih terima-terima saja. Karya tulis yang ada di bayangan saya saat itu tidak se-complicated kenyataannya. Sampai saya sadar ternyata pengetahuan saya tentang bidang ini NOL BESAR dan mulai bingung harus mengambil tindakan apa. Kondisinya saya tidak tahu apa-apa dan teman-teman yang sudah pernah mengikuti pelatihan karya tulis tidak mau ikut lomba.
Sebenarnya ada rasa tidak enak hati, terutama untuk angkatan saya. Tidak etis jika yang lain berjuang mati-mati sedangkan saya terpuruk dalam kegalauan sampai tidak mengambil langkah apa pun. Ini masalah amanah, Bung! Bukan karena alasan malu, tapi gimana umat muslim bisa saling percaya kalau amanah seperti ini saja tidak dijalankan dengan baik? Satu kalimat dari teman saya yang membangkitkan kembali harapan-harapan yang sempat hilang entah ke mana,
“Amanah tidak akan pernah salah memilih, Tik”
Walaupun berkali-kali terlintas dipikiran saya, “Ini ketua kontingen salah pilih PJ” tapi dibalik semua hal yang terlihat, ada skenario Allah yang seringkali hanya tersirat. Dan sudah barang tentu Allah Dzat Yang segala Kesempurnaan ada pada-Nya tidak akan pernah salah menjalankan skenario Maha Karya-Nya.
Husnudzannya, amanah ini jadi sarana upgrading diri saya. Upgrading hebat! Memang akselerasi yang saya rasakan lebih-dari-cukup signifikan. Learning by doing. Walaupun memang pengorbanannya pun tidak sama dengan proses belajar yang disuapi. Semoga amanah ini jadi sarana belajar, bukan hanya dibayar dengan ilmu, tapi juga mengajari saya untuk selalu ikhlas dan membumihanguskan kata putus asa di kamus hidup saya. Aamiiiin…

Thanks alot to Nabilla Syafriani for your inspiring words that realize me about something I missed *big hug*  :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar