Label

Sabtu, 21 April 2012

Hak impian-impian kita


Mimpi adalah kunci, Untuk kita menaklukan dunia…. (Laskar Pelangi – Nidji)
                                                                                                                                                                                           .  
Bismillahirrahmanirrahim…
Mungkin bukan lagi menjadi hal yang asing di telinga mengenai “mimpi sebagai modal awal menuju pencapaian besar”. Hal terkait mimpi ini telah banyak dibahas dalam buku-buku, novel, hingga lirik lagu yang sempat menduduki rating atas. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan mimpi menjadi anugerah besar bagi manusia yang sifat dasarnya selalu mengalami fluktuatif dalam hal semangat, emosi, bahkan keimanan1. Mimpi layaknya gaya gravitasi yang menciptakan akselerasi pergerakan walaupun ada banyak sekali hambatan yang tidak bisa dengan mudah kita abaikan seperti kehadiran gaya gesek udara terhadap sebuah benda dalam soal-soal fisika. Itulah yang membuat mimpi jadi istimewa! Mimpi juga tak berbeda dengan gaya yang diberikan untuk melawan gaya gesek statis agar manusia mau mulai bergerak dan meninggalkan semua teori kelembamannya. Itulah istimewanya mimpi! Bahkan mimpi kadang menjadi alasan terakhir untuk tetap berdiri tegap, melangkah, dan menatap jauh ke depan.
Ingin sedikit berbagi mengenai mimpi dalam pandangan saya. Sebenarnya saya tidak suka menggunakan kata “mimpi” untuk menyebut sebuah hal hebat yang telah saya deskripsikan sebelumnya. Saya lebih suka menyebutnya “impian”. Memang hanya masalah diksi saja, hal yang sederhana. Tapi kedua kata itu memberi rasa yang berbeda untuk saya. Dalam persepsi saya, mimpi hanyalah sebuah angan-angan yang menghiasi pemikiran dan membuai si empunya hingga suatu ketika saat ia mengira tinggal sedikit lagi mencapai klimaks bahagia, ternyata ia harus menerima kenyataan bahwa bahagia itu semu, hanya sebuah bunga tidur yang tak akan pernah terwujud. Berbeda dengan impian. Impian tidak hanya menciptakan sayap-sayap yang menerbangkan pikiran kita mencari kebahagiaan semu di alam imajinasi, tapi lebih dari itu impian bagaikan bibit-bibit yang menumbuhkan keteguhan hati yang terus mengakar, mengokohkan tekad, dan berbuah pergerakkan jiwa serta raga untuk mempersembahkan usaha terbaik dapat perjalanan pencapaiannya.
“Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu.” (Arai – Sang Pemimpi)
Ya! Bermimpilah.. Jangan takut menggantungkan impian di atas kapasitas diri yang kita sadari. Jangan pernah berpikir ketercapaian impian itu menjadi hal mustahil. Buat sebanyak-banyaknya impian dan tuliskan! Tak cukup hanya disimpan dalam pikiran atau diikrarkan dalam hati, tapi tuliskan di buku-buku, di meja belajar, dan di mana saja agar kita tidak lagi menemukan alasan untuk sebentar saja terpuruk dalam keputusasaan atau terbuai dalam ketidakbermanfaatan.
Dan impian pun bukan hal yang bisa dibuat sesuka hati. Saya pernah mendapat materi saat mengikuti Latihan Kepemimpinan Siswa (LKS) di SMA mengenai cara goal setting yang teorinya bisa juga diaplikasikan untuk merumuskan impian. Jembatan keledainya adalah SMART (Specific, Measureable, Achievable, Relevant, Timed-limited). Keseluruhan syarat-syarat pengonsepan impian ini semata-mata untuk memudahkan membuat langkah stategis dan parameter ketercapaian.
Setelah memiliki impian, tugas kita adalah mengusahakan ikhtiar terbaik, tetapi bukan berarti sampai menggadaikan harga diri dengan melakukan hal yang kotor di sepanjang perjalannya. Dan akhir dari semua perjuangan dan pengorbanan adalah sikap tawakkal. Menyerahkan semua hasil kepada Yang Maha Sempurna.
“Jangan jadikan mimpi hanya jadi harapan karena sejatinya mimpi adalah perjuangan yang harus diwujudkan.” (Juara 4 Mawapres Nasional, Kang Ansori)
                Ya, impian adalah sumber energi besar untuk melangkah. Impian menghapuskan setumpuk keraguan untuk berjuang. Impian menguatkan bahu untuk menopang beban, mengokohkan diri untuk mulai berlari. Pada impian, ada haknya untuk kita perjuangkan, haknya bukanlah untuk kita pastikan terwujud karena hanya Dzat Yang Maha Berkuasa lah yang dapat menentukan jalannya. Jalan terbaik tentang nasib impian kita.

“…Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(QS. Al Baqarah : 216)

                                                                                                                                                                                          .
1 ”Iman itu kadang naik kadang turun, maka perbaharuilah iman kalian dengan la ilaha illallah.” (HR Ibn Hibban)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar