Label

Kamis, 06 Desember 2012

Materi1 #SCORE: Kepekaan


Bismillahirrahmanirrahim..
(5 Desember 2012) Hari pertama sekolah SCORE #kyakyaaa J
Ya, di hari pertama sekolah, kami kedatangan dua orang teteh cantik yang juga ramah, kontributif, dan prestatif. Jangan tanya soal pengalaman organisasi kedua teteh ini karena dua halaman kertas A4 fontsize 10 pun rasanya tak cukup menjabarkan semua pencapaiannya selama ini. Apalagi soal prestasi. Siapa yang tidak mengenal kedua mahasiswi pertukaran pelajar ke Gunma, Jepang, yang selalu istiqomah menjadi penyandang IP cumlaude. Orang-orang hebat ini adalah Teh Tari FK Unpad 2008 dan Teh Rika H. FK Unpad 2009.
Bicara tentang mahasiswi multi-talented, dua orang teteh ini sangat representatif. Teh Tari dan Teh Rika sudah sangat banyak makan asam garam kehidupan akademik dan kemahasiswaan di dalam maupun di luar FK Unpad. Di hari pertama sekolah, Teh Tari dan Teh Rika sharing banyak hal mengenai hambatan, potensi, dan peluang untuk menjadi seorang organisatoris yang juga berprestasi. Di sini, saya akan berbagi sedikit mengenai intisari yang saya dapat. Walaupun bahasa penyampaiannya berbeda dengan kondisi aslinya, semoga siapa pun yang membaca tetap bisa mengambil manfaat.
Anak FK. Apa yang terpikir jika mendengar kata mahasiswa kedokteran? Sudah bisa dipastikan jawaban ansos, kutu buku, gak gaul, akademisi, rajin, dan makhluk-makhluk sejenisnya akan terucap secara spontan dari sebagian besar masyarakat. Entah mengapa mindset keliru tentang mahasiswa kedokteran belum berubah seiring perkembangan zaman. Branding mahasiswa kedokteran sebagai anak ansos seakan sudah melekat erat, menjadi hapalan mati masyarakat, dan menjadi takdir yang hampir tidak mungkin diubah. Istilah hiperbolanya, sampai kita jungkir balik ikut organisasi, megap-megap kejar tayang LI karena tugas-tugas kepanitiaan, atau pasang baliho di gerbang kampus pun tidak akan serta merta mengubah mindset yang sudah terlanjur mengakar ini.
Begitu pun dengan paparan Teh Tari dan Teh Rika. Pandangan masyarakat terhadap mahasiswa kedokteran masih belum berubah. Mahasiswa FK dipandang sebagai seseorang yang “unreachable” dan asyik dengan dunianya sendiri, dunia anhedonia bertemankan segelas kopi (ups yang ini kayanya bener) setiap malam dan tumpukan buku-buku setebal bantal. Akan tetapi, kondisi seperti ini jangan sampai membuat kita malah menarik diri dan semakin terasing dari kehidupan di luar pagar FK. Mulailah dari langkah kecil untuk berpartisipasi dalam kegiatan eksternal fakultas dan mulai untuk lebih membuka diri kepada orang lain.
Beralih ke masalah prestasi FK Unpad yang diwujudkan melalui upaya-upaya kontribusi mahasiswa. Dewasa ini, prestasi menjadi hal yang langka “terdengar” di FK Unpad. Mengapa ditekankan ke point “mendengar”? Karena sesungguhnya tidak mendengar bukan berarti tidak ada. Menurut pemaparan Teh Rika, FK Unpad bukan krisis prestasi, tapi krisis apresiasi terhadap prestasi mahasiswa-mahasiswanya sehingga berita prestasi biasanya hanya menjadi konsumsi sebagian orang saja.
Menurut kedua nara sumber, semua orang punya kesempatan yang sama untuk berprestasi karena porsi peluang pada hakikatnya sama untuk siapa pun. Yang membedakan hanyalah kemauan setiap individu untuk berani mengambil peluang yang ada. Dengan kondisi kita sebagai mahasiswa kedokteran yang memiliki jadwal akademik cukup padat dan dibayang-bayangi LI setiap saat, hal tersebut menjadi etiologi utama keragu-raguan menerima tantangan untuk mau mengikuti kompetisi-kompetisi sekalipun dalam bidang yang diminatinya. Faktor eksternal seperti peraturan akademik fakultas yang ketat pun sesekali menjadi faktor yang dirasa kurang mendukung minat mahasiswa mengikuti lomba-lomba di luar.
Namun, orang cerdas tidak terpaku kepada masalah yang dihadapi, tapi ia akan menjadikannya sebagai tantangan untuk dicari solusinya, begitu juga masalah-masalah yang dipaparkan di atas. Pada hakikatnya mahasiswa FK memiliki potensi besar untuk melejitkan potensi diri. Bahkan menurut dr. Joserizal Jurnalis (Founder MER-C), pola pikir mahasiswa FK yang sudah dibiasakan berpikir sistematis mulai dari anamnesis hingga mendapatkan diagnosis dan pemberian treatment merupakan modal untuk dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari. Ditambah lagi dengan modal didengar oleh orang lain. Seharusnya potensi-potensi tersebut dimanfaatkan sebagai modal untuk mengembangkan diri dan memberi banyak manfaat untuk banyak orang. Karena sesungguhnya sesedikit apa pun ilmu yang baru kita tahu sekarang, semuanya bersifat aplikatif dan pengaplikasian akan menambah nilai keberkahan ilmu.
Menurut Teh Tari, langkah awal untuk berprestasi adalah menemukan bidang yang benar-benar kita sukai, passion istilahnya. Langkah selanjutnya, buatlah target pencapaiaan dan niatkan untuk berusaha mewujudkan impian-impian tersebut. Dan harus diingat bahwa untuk mencapai sesuatu, kita harus rela berkorban, baik dalam hal materi, tenaga, waktu, pikiran dll. Karena prestasi bukan hal murah yang bisa dibeli dengan usaha yang biasa-biasa saja.
Konklusinya, semua orang punya kesempatan untuk mengukir prestasi dan menyejarah, begitu pun kita sebagai mahasiswa FK. Faktor terbesar yang membedakan hanyalah keberanian dalam memanfaatkan peluang. Temukan passion, buatlah target, dan teguhkan niat untuk menjemput kesuksesan. Dan jadilah individu yang akan selalu dikenang karena besarnya manfaat yang dirasakan orang lain bahkan saat raga kita telah tiada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar