Bismillahirrahmanirrahim..
(5 Desember 2012) Hari pertama sekolah
SCORE #kyakyaaa J
Ya, di hari
pertama sekolah, kami kedatangan dua orang teteh cantik yang juga ramah,
kontributif, dan prestatif. Jangan tanya soal pengalaman organisasi kedua teteh
ini karena dua halaman kertas A4 fontsize 10 pun rasanya tak cukup menjabarkan
semua pencapaiannya selama ini. Apalagi soal prestasi. Siapa yang tidak
mengenal kedua mahasiswi pertukaran pelajar ke Gunma, Jepang, yang selalu
istiqomah menjadi penyandang IP cumlaude.
Orang-orang hebat ini adalah Teh Tari FK Unpad 2008 dan Teh Rika H. FK Unpad
2009.
Bicara
tentang mahasiswi multi-talented, dua
orang teteh ini sangat representatif. Teh Tari dan Teh Rika sudah sangat banyak
makan asam garam kehidupan akademik dan kemahasiswaan di dalam maupun di luar
FK Unpad. Di hari pertama sekolah, Teh Tari dan Teh Rika sharing banyak hal mengenai hambatan, potensi, dan peluang untuk
menjadi seorang organisatoris yang juga berprestasi. Di sini, saya akan berbagi
sedikit mengenai intisari yang saya dapat. Walaupun bahasa penyampaiannya
berbeda dengan kondisi aslinya, semoga siapa pun yang membaca tetap bisa
mengambil manfaat.
Anak FK. Apa
yang terpikir jika mendengar kata mahasiswa
kedokteran? Sudah bisa dipastikan jawaban ansos, kutu buku, gak gaul, akademisi, rajin, dan makhluk-makhluk
sejenisnya akan terucap secara spontan dari sebagian besar masyarakat. Entah
mengapa mindset keliru tentang
mahasiswa kedokteran belum berubah seiring perkembangan zaman. Branding mahasiswa kedokteran sebagai
anak ansos seakan sudah melekat erat, menjadi hapalan mati masyarakat, dan
menjadi takdir yang hampir tidak mungkin diubah. Istilah hiperbolanya, sampai
kita jungkir balik ikut organisasi, megap-megap
kejar tayang LI karena tugas-tugas kepanitiaan, atau pasang baliho di gerbang
kampus pun tidak akan serta merta mengubah mindset
yang sudah terlanjur mengakar ini.
Begitu pun
dengan paparan Teh Tari dan Teh Rika. Pandangan masyarakat terhadap mahasiswa
kedokteran masih belum berubah. Mahasiswa FK dipandang sebagai seseorang yang “unreachable” dan asyik dengan dunianya
sendiri, dunia anhedonia bertemankan segelas kopi (ups yang ini kayanya bener) setiap
malam dan tumpukan buku-buku setebal bantal. Akan tetapi, kondisi seperti ini
jangan sampai membuat kita malah menarik diri dan semakin terasing dari
kehidupan di luar pagar FK. Mulailah dari langkah kecil untuk berpartisipasi
dalam kegiatan eksternal fakultas dan mulai untuk lebih membuka diri kepada
orang lain.
Beralih ke
masalah prestasi FK Unpad yang diwujudkan melalui upaya-upaya kontribusi
mahasiswa. Dewasa ini, prestasi menjadi hal yang langka “terdengar” di FK
Unpad. Mengapa ditekankan ke point “mendengar”? Karena sesungguhnya tidak
mendengar bukan berarti tidak ada. Menurut pemaparan Teh Rika, FK Unpad bukan
krisis prestasi, tapi krisis apresiasi terhadap prestasi mahasiswa-mahasiswanya
sehingga berita prestasi biasanya hanya menjadi konsumsi sebagian orang saja.
Menurut
kedua nara sumber, semua orang punya kesempatan yang sama untuk berprestasi
karena porsi peluang pada hakikatnya sama untuk siapa pun. Yang membedakan
hanyalah kemauan setiap individu untuk berani mengambil peluang yang ada. Dengan
kondisi kita sebagai mahasiswa kedokteran yang memiliki jadwal akademik cukup
padat dan dibayang-bayangi LI setiap saat, hal tersebut menjadi etiologi utama keragu-raguan
menerima tantangan untuk mau mengikuti kompetisi-kompetisi sekalipun dalam
bidang yang diminatinya. Faktor eksternal seperti peraturan akademik fakultas
yang ketat pun sesekali menjadi faktor yang dirasa kurang mendukung minat
mahasiswa mengikuti lomba-lomba di luar.
Namun, orang
cerdas tidak terpaku kepada masalah yang dihadapi, tapi ia akan menjadikannya sebagai
tantangan untuk dicari solusinya, begitu juga masalah-masalah yang dipaparkan
di atas. Pada hakikatnya mahasiswa FK memiliki potensi besar untuk melejitkan
potensi diri. Bahkan menurut dr. Joserizal Jurnalis (Founder MER-C), pola pikir
mahasiswa FK yang sudah dibiasakan berpikir sistematis mulai dari anamnesis
hingga mendapatkan diagnosis dan pemberian treatment
merupakan modal untuk dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari. Ditambah lagi
dengan modal didengar oleh orang lain. Seharusnya potensi-potensi tersebut
dimanfaatkan sebagai modal untuk mengembangkan diri dan memberi banyak manfaat
untuk banyak orang. Karena sesungguhnya sesedikit apa pun ilmu yang baru kita
tahu sekarang, semuanya bersifat aplikatif dan pengaplikasian akan menambah
nilai keberkahan ilmu.
Menurut Teh Tari,
langkah awal untuk berprestasi adalah menemukan bidang yang benar-benar kita
sukai, passion istilahnya. Langkah
selanjutnya, buatlah target pencapaiaan dan niatkan untuk berusaha mewujudkan
impian-impian tersebut. Dan harus diingat bahwa untuk mencapai sesuatu, kita
harus rela berkorban, baik dalam hal materi, tenaga, waktu, pikiran dll. Karena
prestasi bukan hal murah yang bisa dibeli dengan usaha yang biasa-biasa saja.
Konklusinya,
semua orang punya kesempatan untuk mengukir prestasi dan menyejarah, begitu pun
kita sebagai mahasiswa FK. Faktor terbesar yang membedakan hanyalah keberanian dalam
memanfaatkan peluang. Temukan passion, buatlah target, dan teguhkan niat untuk
menjemput kesuksesan. Dan jadilah individu yang akan selalu dikenang karena
besarnya manfaat yang dirasakan orang lain bahkan saat raga kita telah tiada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar