Label

Sabtu, 18 Desember 2010

Allah dengan Rencananya, Manusia dengan Ikhtiarnya


Satu lagi hikmah besar yang disisipkan Allah di bumi-Nya hari ini (181210) dan Allah memilih kita untuk menjadi pelaku utamanya--Astika Anindiya, Citra Restia Yusri, dan Stanijuanita Marantika. Beruntunglah kita menjadi orang-orang terpilih untuk  bisa memahami lebih dalam tentang kebesaran Allah.
                Berawal dari tekad kami di kota romantis nan indah yang menyimpan berjuta kenangan, Jogjakarta. Di sana lah impian itu lahir dengan semangat berkobar untuk direalisasikan. Impian sederhana mungkin, tapi bagi kami itu impian besar -- Bioscope FK UNPAD 2010. Ternyata kami benar-benar menyimpan impian dan janji itu. Sampai setahun berlalu, entah impian itu mulai memudar atau tersembunyi dan tertimbun oleh impian-impian baru kami. Namun, impian itu seakan-akan menyeruak kembali, mengingatkan si empunya akan kehadirannya.
                Sampai hari ini tiba, hari yang kami ikrarkan setahun lalu untuk menjemput impian yang hampir terkubur. Ya hari ini, 18 Desermber 2010 adalah pelaksanaan penyisihan Bioscope FK UNPAD 2010. Tahun lalu kami gagal, tahun ini tak boleh terulang. Itu mungkin harapan kami bertiga. Dengan usaha terbaik yang kami miliki, kami siap berjuang untuk hari ini. Kami lalui soal-soal dengan jauh lebih baik dari tahun kemarin. Optimisme yang kami miliki memang tidak 100%, tapi harapan itu seakan-akan terbuka cukup lebar. Namun semuanya seakan-akan musnah saat kami menyadari sesuatu hal yang membuat sangat shock --mungkin hanya kita, Allah, dan beberapa orang lain saja yang tahu. Hal sepele yang sangat fatal. Hal kecil yang berdampak besar. Kalau saya berkata tidak menyesal berarti saya berdusta. Sungguh saya tidak pernah terpikir akan melakukan kecerobohan sepele seperti itu. Hanya penyesalan yang ada dalam diri saya saat itu. Berharap waktu akan kembali beberapa menit ke belakang, berharap masih ada waktu untuk memperbaiki kesalahan. Tapi percuma, waktu tidak bisa kembali, semuanya telah terjadi. Ini lah takdir. Takdir Allah swt.
                Pintu harapan seolah-olah tertutup, tinggal menyisakan sedikit celah saja. Impian itu seakan-akan sirna tak meninggalkan sisa. Tak ada harapan lagi. Namun, saya yakin pertolongan Allah bisa datang dari celah pintu yang sangat kecil itu. Akan selalu ada harapan bagi mereka yang memiliki keyakinan. Ya, saya selalu meyakini itu.
                Beruntung saya memiliki dua orang sahabat yang bisa saling menguatkan. Dibalik kekecewaan dan penyesalannya, kami tetap berjuang untuk mengukir senyum dan menguatkan yang lain. Saya tau itu tidak mudah. Butuh hati yang lapang dan keikhlasan untuk melakukannya. Entah mengapa saya teringat seseorang—Teh Nisaul Makhmudah, Murabbi’ah saya dua tahun ini. Terbayang senyum beliau bersama teman-teman sekelompok mentoring saya. Teringat kembali ketika kami duduk di pelataran Mesjid Salman ITB dengan penuh keharuan saat membahas materi tentang Ridha. Ya Ridha terhadap ketentuan Allah swt. Ridha yang artinya menerima semua ketentuan Allah setelah kita berikhtiar maksimal. Bukankah ini saatnya saya harus mempraktikan materi itu? Apa bedanya saya dengan orang-orang yang belum mengikuti mentoring jika saya tidak mengaplikasikan ilmu yang sudah saya tahu. Seketika itu perasaan malu menguasai. Malu kepada diri saya sendiri yang telah mengutuki kesalahan saya dan terlebih malu kepada Allah. Tidak cukupkah nikmat yang telah dititipkan Allah kepada saya? Nikmat iman, keluarga yang sangat mencintai saya, sahabat-sahabat seperjuangan yang selalu menguatkan, dan orang-orang yang pernah singgah di kehidupan saya dengan membawa banyak kebaikan. Apakah satu kegagalan cukup membuat saya kecewa setelah kebaikan yang telah diberikan Allah yang tidak terhitung banyaknya?

               Hari ini saya gagal, tapi saya merasa menang. Hari ini saya kecewa, tapi saya bahagia. Satu lagi skenario Allah yang penuh hikmah dan saya sangat bersyukur dipilih untuk mengalaminya.

2 komentar:

  1. tos dulu ah ! terimakasih untuk semuanya :D
    rapunzel yang kita tonton setelahnya untuk menghibur diri..
    saling lempar lelucon diangkot, padahal masing2 hati tau bahwa diri ini sedang dilanda penyeselan akut..
    tapi kini semua itu indah dikenang (y)
    sesungguhnya Allah yang Maha menyatukan serpihan hati

    BalasHapus
    Balasan
    1. *hug :,)
      Ini pengalaman luar biasa, dan dengan sahabat-sabahat yang juga luar biasa :)

      Hapus